Timnas Indonesia Di Ajang Asian Games
Berhentinya Timnas Indonesia Di Ajang Asian Games 2018
Berhentinya Timnas Indonesia Di Ajang Asian Games 2018.
Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Uni Emirat Arab (UEA) pada babak 16 besar
sepak bola putra Asian Games 2018 membuat kiprah Tim Merah-Putih terhenti. Hal
itu berarti, sang pelatih, Luis Milla, gagal mewujudkan target yang dibebankan
PSSI kepadanya, yakni minimal jadi semifinalis.
Kegagalan merealisasikan target ini jadi yang kedua bagi
Luis Milla. Target lain yang tak berhasil diwujudkan adalah medali emas SEA
Games 2017. Pada awal kebersamaannya dengan PSSI dan Timnas Indonesia, 20
Januari 2017, dua target utama Luis Milla ada raihan medali emas SEA Games 2017
dan jadi semifinal Asian Games 2018.Alhasil, rumor pelatih asal Spanyol itu
mendekati pintu keluar Timnas Indonesia semakin kencang berembus, Live chat bigbrobet & bigbropoker karena ia
dianggap gagal merealisasikan target. Kendati, hingga Sabtu siang (25/8/2018),
belum ada konfirmasi apa pun perihal kepastian kontraknya. Berlanjut, atau
selesai.
Mengacu pada kabar yang beredar, kontrak Luis Milla berakhir
seiring berakhirnya Asian Games 2018. Namun, sang pelatih mengaku masih belum
ada pembicaraan terkait kontraknya, bahkan sejak satu bulan terakhir. Sementara
PSSI, yang diwakili Sekjen Ratu Tisha Destria, masih enggan menanggapi nasib
Luis Milla, terutama setelah kekalahan yang dialami Timnas Indonesia U-23 di
Asian Games 2018. Publik dan pencinta sepak bola Indonesia pun terpecah. Pro
dan kontra muncul. Ada yang menyuarakan agar PSSI tak melihat hasil secara
instan, namun lebih menghargai proses dan perkembangan yang diperlihatkan Luis
Milla dalam membesut timnas.
Kalangan ini minta PSSI tak mengucapkan salam perpisahan
dengan pelatih 52 tahun kelahiran Teruel, Spanyol itu. Tagar save Luis Milla
pun bertebaran di dunia maya. Hanya, ada pula yang menilai seandainya PSSI
berpisah dengan Luis Milla sebagai langkah tepat. Mengacu pada kegagalannya
memenuhi target yang diberikan kepadanya. Nah, sebenarnya apa saja plus dan
minus mempertahankan (memperpanjang kontrak Luis Milla) atau berpisah dengan
Luis Milla? Berikut pertimbangannya, versi Bola.com. Anda bisa setuju, bisa
juga tidak.
Luis Milla dikenal sebagai pelatih yang fanatik dengan pola
4-2-3-1. Hal itu merupakan pola yang jamak di sepak bola modern. Tetapi,
ternyata mantan pelatih Timnas Spanyol U-21 ini juga lihai dalam menerapkan
formasi lainnya. Meski tetap dengan pakem 4-2-3-1, Luis Milla kadang bisa
mengganti komposisi permainan menjadi 4-3-2-1, 4-4-2, bahkan 3-5-2 seperti yang
diperlihatkan ketika Timnas Indonesia U-23 tertinggal dari UEA. Nama Besar, Di
jajaran pelatih dunia, Luis Milla termasuk pelatih yang berkelas. Torehannya
bersama Timnas Spanyol U-21 pada 2011 menjadi penyebabnya. Ketika itu Luis
Milla berhasil membawa David De Gea cs. menjadi juara Piala Eropa U-21 2011.
Nama besar itulah yang bisa menjadi modal buat Timnas Indonesia ketika
menghadapi lawan-lawannya. Setidaknya, tim lawan akan menaruh hormat yang
tinggi terhadap Indonesia bersama Luis Milla. Pemain Timnas Indonesia juga
segan dengan Luis Milla.
Kalem, Selama menangani Timnas Indonesia, hampir tidak
pernah terlihat Luis Milla meledak-ledak di pinggir lapangan. Ia selalu
terlihat kalem, baik saat unggul maupun tertinggal. Hal itu membuat siapa pun
ikut merasa tenang, terutama pemain yang sedang berjuang di lapangan. Minus,
Dari kabar yang beredar, gaji Luis Milla per bulan yang harus ditanggung PSSI
begitu mahal. poker online Setidaknya untuk ukuran Indonesia. Per bulan mantan pemain FC
Barcelona dan Real Madrid CF itu menerima Rp2 miliar. Belum termasuk stafnya
dalam tim pelatih. Angka Rp2 miliar kalau dikalikan 12 bulan saja sudah Rp24
miliar. Belum termasuk bonus dan fasilitas lainnya.
Bahasa, Tidak bisa dimungkiri Luis Milla sampai sekarang
masih kesulitan berkomunikasi langsung dengan pemain. Hal itu karena Luis Milla
hanya bisa berbahasa Spanyol. Tidak bisa bahasa Inggris dan sedikit-sedikit
bahasa Indonesia. Memang ada penerjemah yang disediakan, tetapi akan jauh lebih
maksimal bila pelatih bisa berkomunikasi langsung dengan pemain. Dalam situasi
seperti ini, meski sepak bola memiliki ybahasa universal tersendiri, dalam
praktiknya, sulit diterima.
Kurang Jitu, Beberapa kali Luis Milla mengambil keputusan
kurang tepat, yang diyakini memengaruhi hasil pertandingan. Keputusan memainkan
Andy Setyo dalam pertandingan Timnas Indonesia U-23 melawan UEA, menjadi satu
di antara bukti perjudian Luis Milla kurang tepat. Memainkan Andy Setyo sebagai
bek tengah dan Ricky Fajrin digeser menjadi bek kiri, dengan menaruh Rezaldi
Hehanusa di bangku cadangan, membuat Indonesia keteteran di babak pertama.
Beruntung Luis Milla segera sadar, karena ingin mengejar ketinggalan, lantas
memainkan tiga bek dengan menarik keluar Andy Setyo dan memasukkan satu
gelandang serang. Hal mirip juga terjadi pada laga kontra Palestina.
Comments
Post a Comment